Tiga hal yang selalu disalahpahami publik tentang Dewan Musyawarah Masyarakat Adat Koteka (disingkat DeMMAK): dari sisi organisasi dan kepemimpinan, dari sisi kegiatan dan tugasnya dan dari sisi kiprahnya dalam kehidupan sehari-hari.
Yang pertama, Banyak Orang Berpikir DeMMAK itu organisasi baru dengan Ketua dan Pengurusnya, layaknya organisasi Massa modern
Pandangan ini bukan hanya keliru, dan bukan hanya tidak mengerti, akan tetapi sebuah sesalahan yang fatal, karena DeMMAK bukan sebuah organisasi baru. Ia tidak mendirikan lembaga baru. Ia tidak membentuk kepengurusan baru. Ia tidak membentuk sesuatu yang baru.
Yang DeMMAK lakukan ialah mengkoordinir segala-sesuatu terkait dengan Masyarakat Adat di Melanesia, khususnya Pegunungan Tengah New Guinea. Ia tidak mengorganisir, akan tetapi mengkoordinir organisasi Masyarakat Adat (MADAT) yang sudah ada di antara suku-suku yang secara tradisional mengenakan Koteka sebagai pakaian adatnya.
Konsekuensi logisnya, secara kepengurusan, DeMMAK tidak memiliki Ketua atau Wakil Ketua Ia hanya memiliki Sekretaris-Jenderal. Karena para Kepala Suku dari masing-masing Klen dan Marga ialah para Ketua DeMMAK.
Tugas utama Sekretaris-Jenderal DeMMAK ialah menghadapi berbagai pengaruh dari luar ke dalam kehidupan MADAT dan mengakomordir serta menyuarakan kehendak dari suku-suku dalam koordinasi kerja.
Oleh karena itu, dalam DeMMAK, di antara para Kepala Suku dan Kepala Marga lebih dikenal Tim Kerja DeMMAK, karena yang bekerja ialah sebuah Team, yang terdiri dari para tua-tua adat dari masing-masing marga, klen dan suku.
Pada kepala dari marga, klen dan suku ialah para Ketua DeMMAK, yang jumlahnya tidak terhingga, karena tergantung berapa marga, berapa klen dan berapa suku yang terlibat.
Yang kedua, DeMMAK ialah organisasi basis militer, sebagai pasukan yang mensuplai kebutuhan dan tenaga kepada Tentara West Papua (TPN OPM, WPRA, WPA, TPN PB OPM)
Harus diakui bahwa memang ada tendensi dan ada tarik-menarik di dalam DeMMAK sendiri untuk mengkaitkan angkatan bersenjata dengan DeMMAK. Hal ini terjadi karena dalam tradisi Masyarakat Adat (MADAT) Koteka, para Kepala marga, klen dan suku juga berfungsi sebagai Kepala Perang. Akan tetapi dalam konteks MADAT Koteka Modern, hal itu tidak berlaku lagi sebagai DeMMAK bergerak sebagai gerakan masyarakat akar-rumput yang merevitalisasi sistem dan organisasi serta kepemimpinan MADAT di era modern. Ia tidak terlibat dalam isu-isu politik dan militer modern.
Tidak berarti secara ekslusif mengurus hal-hal sipil, akan tetapi DeMMAK secara formal tidak terkait dan tidak berurusan dengan gerilya atau perang kemerdekaan untuk Papua Merdeka.
Yang Ketiga ialah bahwa DeMMAK merupakan Organisasi Gerakan Politik berbasiskan Suku
Seperti hal kedua di atas, DeMMAK juga tidak berurusan dengan politik modern, dan bukan juga sebuah organisasi politik. Ia merupakan basis masa, basis sosial, yang memperjuangkan hak asasi MADAT Koteka untuk eksis dan diakui sebagai sebuah komunitas manusia pemilik ulayat di pulau New Guinea, yang jumlahkan adalah mayoritas di seluruh kawasan Melanesia.
Sebagai kelompok MADAT terbesar di Melanesia, DeMMAK bertugas untuk mempromosikan identitas, mempertahankan dan bertanggungjawab mewarnai kehidupan sebagai MADAT Melanesia. Untuk itu, DeMMAK harus dibentuk dan bangkit sebagai kelompok MADAT terbesar di Melanesia untuk mewarnai gerakan revitalisasi nilai-nilai, norma, dan system ke-Melanesia-an.
Catatan Akhir
Tiga kesalahan yang terjadi dalam realitas kehidupan selama ini tidak dapat serta-merta disalahkan, karena ada latar-belakang dan latar-samping yang mewarnai terbentuknya opini dan perilaku dan presepsi sedemikain rupa, sehingga baik para pihak yang mengidentifikasi diri sebagai orang DeMMAK mapun mereka yang mempersepsikan DeMMAK sebagai sebuah kekuatan politik yang militeristik, yang mendukung Papua Merdeka di akar tumput.
Maklum saja, apapun yang terjadi di West Papua, termasuk para perwira TNI/ Polri dan pejabat di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota memang selalu dicap sebagai pemberontak, anggota GPL, GPK, OPM, TPN, teroris, dan sebagainya. Itu bukan barang baru. Oleh karena itu, menganggp DeMMAK sebagai organisasi pendukung atau basis perjuangan Papua Merdeka merupakan bias lanjutan dari bias-bias yang telah lama mewarnai dan mengakar dalam kehidupan interksi antara bangsa Papua dengan NKRI atau orang Indonesia.
Kiranya Tuhan Yesus sebagai Terang Dunia menerangi hati dan pikiran kami, sehingga kami memahami dan menerima dan memperlakukan satu-sama lain sesuai dengan apa dan siapa kita masing-masing.
Leave a Reply